Tampilkan postingan dengan label Wisata Nusantara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Nusantara. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Februari 2012

Paradiso Tersembunyi Tanah Pasundan

Green Canyon berada di Cijulang, Jawa Barat, yang berjarak sekitar 285 km dari Jakarta (31 km dari Pantai Pangandaran).

Tempat ini merupakan sekelompok gua, dengan stalagtit dan stalagmit yang tersembunyi di balik tebing-tebing hijau — mungkin itulah mengapa dinamakan Green Canyon, pelesetan dari Grand Canyon di Amerika Serikat. Orang setempat biasa menyebutnya Cukang Taneuh.

Untuk menuju ke gua, Anda harus menuju dermaga dan membeli tiket. Bila pergi pada saat hari libur (apalagi akhir pekan yang panjang), bisa dipastikan Anda harus menunggu beberapa jam hingga mendapat giliran menaiki perahu menuju gua.



Perahu-perahu wisata yang dioperasikan adalah milik masyarakat setempat, namun diatur oleh pemerintah kabupaten. Satu perahu dapat mengangkut hingga lima penumpang dengan harga sewa Rp 75.000. Bila ingin berenang di gua, Anda dapat menyuruh awak perahu menunggu, tentu dengan biaya tertentu. 

Mereka akan meminta Rp 100.000 untuk seharian penuh, namun tentunya Anda tidak akan menghabiskan satu hari di sana. Tawarlah, mungkin Anda bisa mendapatkan Rp 80.000 di musim liburan dan Rp 50.000 ketika sedang sepi pengunjung. 

Masing-masing perahu selalu menyediakan pelampung untuk penumpangnya, sehingga bila Anda kurang pandai berenang, jangan terlalu khawatir. Para pelancong biasanya juga memanfaatkan batu-batu gua untuk melompat ke air yang jernih. 

Tempat ini masih bebas polusi, pemandangannya pun indah.

Apabila Anda tidak suka berenang, Anda dapat memanfaatkan waktu menikmati pemandangan, juga mengambil gambar. Sebelum pintu masuk gua, terdapat sebuah dermaga kecil yang biasanya digunakan oleh perahu untuk menunggu. Di sana ada beberapa pedagang yang menjual minuman dan makanan kecil. 

Salah satu kekurangan dari Green Canyon adalah pemeliharaannya yang masih kurang baik, mungkin karena tempat ini merupakan objek wisata yang relatif baru. Di sini, hanya ada tiga toilet dan sebuah mushola kecil, padahal pada saat liburan pengunjung dapat mencapai hingga ratusan orang. 

Namun, penduduk setempat mengambil untung dengan cara menyediakan kamar-kamar kecil dan tempat sholat yang lebih layak, hanya dengan tarif Rp 2.000. Tempat parkir yang ada di seberang dermaga cukup luas, dengan biaya Rp 3.000 untuk sehari penuh.
Di sekeliling area parkir terdapat deretan warung yang menjual nasi dan ikan bakar serta kelapa muda. Mungkin Anda juga ingin menikmati makanan lokal seperti lotek, karedok dan rujak tumbuk. Selain harganya murah, sangat cocok untuk mengisi perut setelah lelah bermain di gua!


Berperahu melewati tebing-tebing di kawasan Green Canyon. Kredit foto: Tempo/Aditya Herlambang Putra.

Menuju Green Canyon


Dengan mobil pribadi, dari Jakarta Anda dapat melalui tol Cipularang menuju Bandung. Keluar tol di Cileunyi, ikutilah jalan Ciawi-Nagreg menuju Tasikmalaya. Sebelum Rajapolah, Tasikmalaya, beloklah ke kanan dan ambil rute Ciamis-Banjar. Dari sana Anda akan melihat tanda-tanda yang menunjukkan arah ke Pangandaran. Waktu tempuh Jakarta-Cijulang 6-7 jam.

Apabila Anda akan menempuh perjalanan dengan kendaraan umum, dari Terminal Kampung Rambutan, PO Budiman menyediakan bus jurusan Pangandaran. Dari Grogol dan Tangerang juga ada beberapa bus yang melayani rute ini. Sesampainya di Pangandaran, Anda harus berganti bus yang menuju Cijulang. Terminal Cijulang berada sekitar 1 km dari Green Canyon.

Selain jalur darat, terdapat pula penerbangan Jakarta-Pangandaran melalui Bandung sehari sekali dari maskapai Susi Air. Anda sebaiknya memesan tiket jauh-jauh hari. 

Informasi lainnya


Lebih baik Anda menyiapkan uang tunai yang cukup, karena ATM terdekat berada sekitar 1 km dari Green Canyon — di Bank BRI tepat di seberang kantor kecamatan Cijulang. Penduduk lokal yang saya temui mengatakan, mesin tersebut sering kehabisan uang tunai. 

Bila hal itu terjadi, Anda akan terpaksa menempuh sekitar 4 km untuk mendapatkan mesin ATM berikutnya. Tentu Anda tidak ingin ini terjadi bukan?

Para pengunjung juga dapat melakukan body rafting di sekitar Gua Kelelawar. Aktivitas ini dikelola oleh para awak perahu bekerjasama dengan karang taruna desa setempat. Katakan pada awak perahu  bahwa anda ingin melakukan body rafting dan mereka akan mengantar anda ke tempatnya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 3-4 jam dan tentu saja dengan biaya tambahan

Tidak ada akomodasi di sekitar Green Canyon. Hotel paling dekat adalah di Panireman Riverside bibir sungai menuju ke Pantai Batu Karas, sekitar 15 menit dari Green Canyon. Hotel-hotel lain berada di sekitar Pantai Batu Karas, tempat wisata yang akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Kamis, 23 Februari 2012

Taman Laut Terbesar di Indonesia

Inilah kecantikan Raja Ampat yang mulai termasyhur itu. Terdiri dari 1500 pulau dan atoll, serta empat pulau besar, Raja Ampat menyimpan terumbu karang terlengkap di dunia. Belum lagi perairannya. Dengan air sebening kaca, dari tebing dengan ketinggian 100 meter, ikan-ikan di bawahnya pun bisa terlihat jelas.

Raja Ampat pun menjadi rumah bagi berbagai spesies burung cendrawasih, maleo, nuri, kakatua serta beragam anggrek. 

Menyelam adalah aktivitas favorit bagi mereka yang pergi menuju taman laut terbesar di Indonesia ini. Lihatlah foto-foto keindahan Raja Ampat di bawah ini:



Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love




Foto: Dok. True Love

Foto-foto di atas diambil selama pengambilan gambar film 'True Love' yang akan tayang di bioskop mulai 1 Juli 2011.Sumber

Taman Laut di Raja Ampat

Siapa bilang di tanah Papua tidak ada objek pariwisata bahari yang memukau? Selama ini Papua lebih dikenal dengan eksotisme kebudayaannya yang sederhana serta sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, datanglah ke Raja Ampat, dan nikmati keindahan terumbu karang, lengkap dengan biota laut menawan serta pemandangan bahari yang mengesankan. 

Photo credits - Gunawan Wicaksono/Tempo

Tak salah bila kemudian Putri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata menyatakan kekagumannya pada kawasan ini setelah melakukan penyelaman, merasakan sajian panorama bawah laut Raja Ampat yang sangat memikat. Penggemar snorkeling dan diving memang dijamin tidak akan kecewa. Sebaliknya, mereka bakal terpanggil untuk datang dan datang lagi. 

Raja Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 31 ribu jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2 berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan. 

Pulau-pulau yang belum terjamah dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung terpikat. Kepulauan Raja Ampat terletak di barat laut kepala burung Pulau Papua, dengan kurang lebih 1500 pulau kecil dan atoll serta 4 pulau besar utama, yakni Misol, Salawati, Bantata dan Waigeo. Inilah yang kemudian menjadikan Raja Ampat taman laut terbesar di Indonesia. 

Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Luar biasa! 

Photo credits - Gunawan Wicaksono/Tempo

Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II, sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan kerapu dan rumput laut. 

Khusus untuk Anda yang tidak tertarik dengan aktivitas menyelam, hamparan laut biru yang membiaskan keindahan langit, taburan pasir putih yang memancarkan kilaunya bagaikan mutiara, bisa dinikmati. Selain itu, masih ada gugusan pulau-pulau yang memesona dan flora serta fauna unik seperti cenderawasih merah, cenderawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis bunga anggrek. 

Papua Diving di pulau Mansuar adalah salah satu resort terkemuka yang berada di kawasan ini. Wisatawan-wisatawan mancanegara penggemar selam betah selama berhari-hari bahkan sebulan berada di Raja Ampat menikmati keindahan yang ada di sana dan menginap di Papua Diving. 

Photo credits - Gunawan Wicaksono/Tempo

Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara. Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata dua pekan. 

Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000 semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap dan menyelam di sana. 

Pulau Kri, Waigeo, serta Misool juga menyiapkan resort buat pengunjung. Di pulau Misool ada Eco Resort yang dibangun dengan menerapkan prinsip-prinsip konservasi alam yang ketat. Ada kesepakatan dengan penduduk adat di sekitar wilayah tersebut untuk menjaga ekosistem terpadu yang disebut “No Take Zone” yakni melarang eksploitasi pengambilan apapun dari laut, mulai dari berburu kerang, telur penyu,sirip ikan hiu sampai hanya sekedar mencari ikan. Secara ekstrim, malah di eco resort ini mengharamkan penggunaan antiseptik karena limbah buangannya dikhawatirkan akan membunuh ekosistem terumbu karang di sekitarnya. 

Photo credits - Gunawan Wicaksono/Tempo

Beberapa resor menetapkan harga relatif mahal karena menyuguhkan fasilitas lengkap. Wisatawan dengan biaya terbatas juga dapat memanfaatkan resort milik pemerintah yang jauh lebih murah di daerah Waisai, ibu kota Raja Ampat. 

Anda harus terbang dulu ke Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, Papua, lalu langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai kawasan Raja Ampat khususnya ke Pulau Mansuar. 

Untuk berkeliling pulau yang diinginkan, kita dapat menyewa speedboat kapasitas 10 orang dengan harga Rp 3-5 juta per 8 jam, tergantung kepandaian kita menawar. Kita juga bisa mengambil paket wisata dengan mengunjungi perkampungan untuk melihat tanaman dan hewan khas setempat seperti burung Cendrawasih. 

Untuk masuk ke kawasan Raja Ampat, setiap orang harus membayar biaya masuk sebesar Rp 250 ribu untuk wisatawan domestik, dan Rp 500 ribu untuk wisatawan dari mancanegara. Sebuah pin bulat yang berfungsi seperti identitas ini akan kita terima, setelah membayar biaya tersebut. 

Uniknya, pin ini berlaku untuk satu tahun, sejak 1 Januari hingga 31 Desember. Jadi jika dalam satu tahun itu kita bolak-balik mengunjungi Raja Ampat, hanya perlu membayar biaya masuk satu kali saja. Tentu saja pin tadi tidak boleh hilang dan harus kita kenakan sebagai tanda pengenal. 



Sumber

Rabu, 22 Februari 2012

Berakhir Pekan di Anyer, Carita, dan Labuhan

Kadang penduduk Jakarta dan sekitarnya bingung mencari tempat untuk menghabiskan akhir pekan mereka. Pusat perbelanjaan besar di Jakarta maupun factory outlet di Bandung dan Bogor sering menjadi sasaran. 

Namun, bila Anda mencari tempat berakhir pekan yang lebih dekat dengan alam, Anyer, Carita, dan Labuhan di Banten bisa jadi pilihan.

Tiga puluh tahun yang lalu daerah Anyer dan sekitarnya merupakan primadona wisata bagi kaum urban Jakarta dan sekitarnya. Tempat ini juga sering dijadikan latar syuting film kala itu. 



Sayangnya kemasyhuran kawasan ini seolah-olah tergerus oleh munculnya lokasi-lokasi wisata baru. Padahal, dari segi pemandangan, Anyer, Carita, dan Labuhan tidak terlalu berbeda dari beberapa dekade yang silam. 

Pada dasarnya, Anda tinggal menuju ke kawasan ini dan memilih tempat menginap. Anda hampir dipastikan mendapat pemandangan pantai berpasir yang indah. Bila Anda ingin berakhir pekan di hotel-hotel favorit, ada baiknya memesan lebih dahulu. 

Bila tempat menginap bukanlah masalah, ada banyak penginapan murah yang tidak perlu dipesan. Penginapan-penginapan murah ini berjajar dari selepas Kawasan Industri Krakatau, sepanjang Anyer, Carita, hingga ke Labuhan. 

Salah satu keunggulan kawasan Anyer adalah tekstur pantai berpasir lembut, sehingga cocok untuk tempat bermain anak-anak. Banyak hotel yang berada persis di tepi pantai sehingga pantai ini seolah-olah milik pribadi. Di Carita, Anda juga dapat melihat Gunung Krakatau sebagai latar belakang. 

Intinya, kawasan ini sangat cocok untuk didatangi bersama keluarga, maupun bagi Anda yang berpasangan. 

Anyer, Carita, Labuhan memang menjual pantai sebagai komoditas utama wisata mereka. Selain itu, ada beberapa ikon wisata secara khusus yang dapat Anda kunjungi di wilayah ini. 

Mercusuar Anyer


Mercusuar Anyer telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, dibangun sebagai penanda arah kapal-kapal VOC yang melintasi selat Sunda. Mercusuar ini dibangun pada tahun 1806, namun sempat rusak terkena letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. 

Pada tahun 1885, pemerintah kolonial Belanda membangun kembali mercusuar ini di tepi pantai untuk menghindari abrasi. Pada fondasi mercusuar lama terdapat tulisan 0 KM Anyer-Panarukan 1806 yang menandai dibuatnya jalan Anyer-Panarukan yang hingga kini masih digunakan. Mercusuar Anyer terletak di Desa Cikoneng.

Karang Bolong


Sesuai dengan namanya, Karang Bolong adalah karang yang berlubang, terletak di Desa Cinangka. Bila Anda berkunjung ke Anyer, sempatkanlah untuk mampir ke Pantai Karang Bolong. Karang besar yang berlubang mendominasi pemandangan di pantai ini, membentuk semacam gerbang menuju laut. 



Di sini, wisatawan dapat menaiki tangga batu untuk menikmati pemandangan pantai dari atas. Di sekitar pantai ada sebuah sungai kecil yang mengalir, yang biasanya digunakan untuk membilas tubuh setelah bermain di laut. 

Kampung Wisata Alam Anyer


Setelah menikmati keindahan pantai, ada baiknya Anda juga menikmati keseniang dan budaya tradisional di Kampung Wisata Alam Anyer. Di sini seringkali diperagakan berbagai kesenian, salah satunya adalah debus Banten. Selain itu, Anda dapat menyaksikan permainan anak-anak, kesenian angklung, kerajinan gerabah, dan sebagainya. 

Di sini juga merupakan tempat yang tepat untuk mencoba makanan khas, seperti nasi bambu bakar dan minuman bandrek. Di kampung ini juga disediakan permainan modern seperti ATV dan flying fox. Kampung Wisata Alam berlokasi sekitar 50 meter sebelum Pondok Layung Resort di Jalan Raya Anyer Karang Bolong KM 133. 

Benteng Speelwijk


Untuk melengkapi wisata Anda ke Anyer, kunjungi juga Benteng Speelwijk di Desa Banten Lama. Lokasi objek wisata sejarah ini berada di utara Masjid Agung Banten. Di seberang benteng Anda akan menemukan Vihara Avalokitesvara. Benteng ini dulunya bekas Kesultanan Banten. Namun pada tahun 1785 Belanda berhasil mengambil alih dan menjadikannya benteng. Walaupun menjadi saksi sejarah, sayang wilayah benteng ini tidak terawat. 

Untuk menuju ke tempat-tempat di atas, dari Jakarta Anda tinggal mengikuti tol Jakarta-Merak. Rute yang biasa diambil adalah keluar dari gerbang tol Cilegon Timur di KM 87 dan mengikuti jalan menuju ke Anyer. 

Keluar dari tol, jalanan cukup buruk dan sering tergenang air setelah hujan turun. Inilah yang membuat banyak orang malas pergi ke Anyer dan Carita. Selain jalanan yang buruk, Anda juga harus bersaing dengan truk-truk bermuatan berat di jalanan sempit ini. 

Pilihan lain adalah mengikuti jalan tol Jakarta-Merak, dan keluar di gerbang tol Cilegon Barat di KM 95. Dari sini Anda akan menembus Kawasan Industri Krakatau untuk sampai ke Anyer. Rutenya sedikit lebih panjang tetapi kondisi jalan agak sedikit lebih baik dan lebar, serta tidak terlalu banyak truk. 

Nah, selamat menikmati pantai-pantai di Banten!

Selasa, 21 Februari 2012

Kuburan di Pulau Kelor

Sesuai dengan namanya, Pulau Kelor memang hanya selebar daun kelor. Luasnya tak lebih dari dua hektar. Daratan kecil tak berpenghuni ini hanya terdiri dari selarik pantai mini dan bangunan Benteng Martello.

Benteng Martello adalah benteng bulat dari bata yang dibuat dengan meniru benteng Mortella di Corsica (sebuah pulau di Laut Tengah). Dulu, Pulau Kelor adalah garda terdepan untuk mempertahankan Batavia dari serangan angkatan laut musuh yang menyerang dari samudera. Penjaga pulau akan memantau wilayah laut di depannya dan mengabarkan pada Batavia jika kapal musuh menampakkan diri di cakrawala.



Konstruksi Benteng Martello di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu. Foto: Famega Syavira

Masyarakat sekitar juga menyebut pulau ini sebagai Pulau Kuburan. Konon beberapa pemberontak memang dimakamkan di sekitar benteng. Salah satunya adalah pemberontak yang melawan Belanda dari atas kapal Zeven Provincien pada Februari 1933. Sayang, kini setengah bagian luar benteng tertutup semak-semak sehingga tak mudah dijelajahi.

Bangunan benteng yang asli sebenarnya jauh lebih luas daripada yang bisa disaksikan sekarang. Benteng yang tersisa hanya bagian dalamnya. Sebagian besar benteng runtuh dan terendam air karena abrasi yang mengikis pulau.

Ketiga pulau ini dapat dicapai dari Pelabuhan Kamal Muara, Muara Angke dan Marina, Ancol. Dua pelabuhan yang saya sebut pertama adalah pelabuhan rakyat yang becek dan kotor.

Lautnya? Jangan tanya lagi. Untuk menuju pulau-pulau itu, kapal harus melewati laut berbau busuk, berwarna hitam kental akibat polusi. Beberapa kali kapal harus berhenti di tengah laut karena sampah tersangkut ke baling-balingnya. Ketika saya ke sana, baling-baling terlilit semacam senar panjang yang sulit dilepaskan.

Setelah setengah jam perjalanan, warna hitam berangsur-angsur menghilang meski air tetap tak biru. Di Pulau Kelor yang berjarak 15 menit dari pesisir Jakarta, air laut masih tampak kotor sehingga tak disarankan untuk mandi-mandi di sini.

Laut biru di Teluk Jakarta setidaknya baru akan muncul di sekitar pulau Pramuka. Meski demikian, Kepulauan Seribu bisa menjadi pilihan alternatif perjalanan yang singkat dan menyenangkan bagi warga Jakarta.


Sumber

Situ Patengan, Danau di Tengah Kebun Teh

Siapa bilang berlibur harus pergi jauh dan mengeluarkan uang banyak? Saya sangat yakin bahwa esensi berlibur adalah keluar dari rutinitas sehari-hari yang menjemukan dan melakukan sesuatu yang lain. Jadi Anda bisa berlibur di mana saja: berkeliling dunia atau suatu tempat yang tak terlalu jauh dari rumah.

Situ Patengan (atau Patenggang) di Ciwidey, Bandung Selatan, dapat dijadikan salah satu pilihan destinasi akhir pekan bagi Anda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Jaraknya, 185 km dari Jakarta melalui tol Cipularang.


Suasana di Situ Patengan. Foto: Olenka Priyadarsani

Terletak di ketinggian sekitar 1600 m di atas permukaan laut, danau ini dikelilingi kebun teh Rancabali. Anda tidak hanya dapat menyaksikan danau yang tenang, tapi juga menikmati hijaunya kebun teh dengan topografi memesona.

Nama danau ini berasal dari kata pateang-teangan yang berarti saling mencari. Alkisah, dahulu kala dua insan manusia bernama Ki Santang jatuh cinta kepada Dewi Rengganis yang sangat cantik. Setelah berpisah sekian lama, mereka bertemu kembali di daerah yang kini disebut Batu Cinta.

Ketika berkunjung ke sana baru-baru ini, saya benar-benar takjub dengan pemandangan di sana. Saya tak menyangka Situ Patengan ternyata seindah itu — sebab tempat ini tidaklah seterkenal objek wisata lain di sekitar Bandung.

Untuk memasuki lokasi danau, Anda harus membayar tiket masuk Rp 6 ribu per orang dan Rp 11.500 per mobil. Tidak terlalu mahal bukan?

Dari gerbang tiket menuju lokasi danau, Anda akan melalui jalan yang membelah kebun teh. Pemandangannya sungguh luar biasa. Sebuah danau membentang di tengah hamparan kebun teh dan di tengah-tengah danau, terdapat sebuah pulau kecil.

Jika ingin mengunjungi Batu Cinta (tempat Ki Santang bertemu Dewi Rengganis), Anda dan rombongan bisa menggunakan perahu dayung dengan ongkos Rp 130 ribu pp — yang bisa ditawar hingga setengah harga.

Perjalanan ke lokasi Batu Cinta membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Di lokasi ini, Anda dapat mendaki bukit di belakangnya, memasuki kebun teh dan mengambil gambar di situ. Ada pula sebuah tempat yang lebih tinggi dari sekelilingnya, sehingga Anda bisa leluasa mengambil gambar sekeliling danau. 

Waktu terbaik untuk datang ke Situ Patengan adalah pagi hari, saat langit masih berwarna biru bersih. Perpaduan biru langit dan hijau kebun teh menghasilkan pemandangan yang tak terlupakan.

Jadi, berlibur tidak mesti pergi jauh dan mahal, bukan?Sumber

Minggu, 19 Februari 2012

Air Terjun Sipiso-piso, Permata di Tanah Karo

Ketika seseorang berkunjung ke Sumatera Utara, tujuan utama wisata mereka pastilah Danau Toba. Air terjun Sipiso-piso pun berada di tepi Danau Toba, sayangnya objek wisata yang sangat menarik ini kurang dikunjungi wisatawan karena letaknya di tepi yang berbeda dengan kota Parapat, di mana wisatawan biasanya berkunjung.
  
Sipiso-piso terletak di sebelah utara Danau Toba, sekitar 24 kilometer dari Kabanjahe. Air terjun ini merupakan yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 120 meter. Air terjun Sipiso-piso terbuat dari sungai bawah tanah di plato Karo yang mengalir melalui sebuah gua di sisi kawah Danau Toba. 

Ketika saya berkesempatan berkunjung ke tempat ini, pemandangan air terjun sungguh luar biasa. Air terjun yang kecil namun tinggi jatuh di antara tebing berwarna kehijauan. Dari gardu pandang yang dibangun pemerintah di Merek ini pengunjung tidak hanya dapat menikmati pemandangan air terjun, melainkan juga Danau Toba. 



Air terjun Sipiso-piso berada di sekitar 800 meter di atas permukaan air laut. Air terjun itu deras mengalir ke bawah mengiris bukit-bukit hijau yang ditumbuhi pohon pinus. Sipiso-piso sendiri arti harafiahnya adalah “pisau”. 

Anda tidak hanya dapat melihat air terjun dari kejauhan, namun turun untuk mendekatinya. Tangganya terjal dan cukup jauh sehingga pastikan anda memiliki stamina yang kuat serta membawa bekal air minum. Turunnya mungkin tidak menjadi masalah, namun untuk naik kembali ratusan tangga setelah selesai bermain-main air di bawah tentu cukup melelahkan. 

Gardu pandang ini sendiri cukup luas, dan ketika itu banyak dikunjungi oleh wisatawan setempat. Sayangnya infrastruktur di gardu pandang ini kurang memadai. Hanya ada fasilitas dasar seperti toilet dan warung, yang menurut saya jumlah serta kebersihannya kurang memadai. Pengunjung yang ingin mengeksplorasi daerah ini lebih lanjut sebaiknya menginap di desa terdekat, yaitu Tongging. 

Tongging


Tongging berada di tepi Danau Toba, di bagian utara. Di Tongging anda dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti misalnya berenang di danau, melakukan trekking di hutan, atau mengunjungi satu air terjun kecil bernama Sidompak. Anda dapat naik ke Gunung Sipiso-piso, dan melakukan paragliding dari puncaknya.
  


Selain berenang, anda juga dapat naik perahu yang disewa dari nelayan setempat untuk berkeliling danau. Bersepeda dari satu desa ke desa lain juga merupakan aktivitas menyenangkan untuk melihat kehidupan sehari-hari penduduk Karo. Bagi anda penggemar kain-kain etnik, anda dapat pergi ke Desa Silalahi di Sabungan, Dairi. Desa ini terletak sekitar 11 km dari Tongging. 

Penduduk Desa Tongging kebanyakan adalah nelayan dan petani. Mereka bertani padi dan bawang serta mencari ikan di danau Toba. Ikan mas arsik dan ikan nilai merah merupakan jenis ikan yang umum diternakkan di Danau Toba. Anda harus mencoba sajian ikan dengan bumbu tradisional 

Beberapa pilihan akomodasi di Tongging antara lain Wisma Sibayak, Wisma parultop, dan Roman Sinasi Bungalows, yang semuanya ada di Jalan Silalahi, Tongging. Berwisata ke sini sangat cocok untuk para backpacker dengan anggaran terbatas karena akomodasi pun murah meriah. 

Menuju ke Sipiso-piso


Ketika saya berkunjung ke Sipiso-piso, saya sedang melakukan perjalanan mengelilingi Sumatera Utara dengan awal di Berastagi, melalui Kabanjahe, ke Sipiso-piso, Pematang Siantar, Parapat, Tuk-Tuk, dan berakhir di Bukit Lawang. 

Karena anggaran yang terbatas, saya memilih menggunakan angkutan umum melalui jalan lintas Pematang Siantar. Dari Berastagi saya menggunakan bus umum yang menuju ke Kabanjahe –ibu kota kabupaten Tanah Karo , dengan tarif kurang dari 5 ribu rupiah. 

Di Kabanjahe, saya menaiki angkutan pedesaan yang melintasi Merek. Dari pertigaan jalan utama, saya memilih becak motor untuk sampai di gardu pandang. Dari gardu pandang Anda masih harus menempuh perjalanan dengan angkutan umum atau becak ke Tongging, dengan jalanan yang menurun. 

Bagi Anda yang menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan ke Sipiso-piso lebih mudah. Dari Berastagi, Anda hanya akan membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Pemandangan alam dan pedesaan di Tanah Karo sangat menarik, sayangnya jalanan kurang baik. Jadi, berhati-hatilah.


Sumber

Menikmati Danau Toba dari Pulau Samosir

Keindahan Danau Toba tak akan pernah habis diperbincangkan orang. Dipandang dari sudut mana pun — baik dari Parapat, Tongging, maupun dari Pulau Samosir — danau ini sama indahnya. Kali ini saya akan mengajak Anda menyusuri Danau Toba dari dalam, yaitu dari Pulau Samosir.


Pemandangan Danau Toba dari udara. Kredit foto: Tempo/Arie Basuki


Dari Medan ke Danau Toba


Rute paling umum yang ditempuh wisawatan adalah melalui kota Parapat, yang berada di pinggir Danau Toba. Dari Medan, kota ini dapat dijangkau dalam lima jam perjalanan darat, melewati kota Pematang Siantar.

Bila hendak menggunakan kendaraan umum, Anda dapat menumpang bus atau L-300 di Terminal Amplas Medan. Saran saya, pilihlah bus besar sebab perjalanan yang panjang dan cukup berliku. 

Di sepanjang perjalanan, terutama bila sudah dekat Parapat, pemandangan indah Danau Toba dapat mulai Anda nikmati di sisi kanan jalan. Selamat datang di Parapat, gerbang menuju keindahan Pulau Samosir!

Pulau Samosir


Pulau seluas kira-kira 630 km persegi yang terletak di tengah Danau Toba ini dapat dicapai lewat dua pelabuhan: Ajibata dan Balige. Sebagai pelabuhan yang lebih besar, Ajibata menyediakan alat transportasi berupa feri yang dapat mengangkut mobil, truk dan kendaraan bermotor lainnya. 

Hanya dengan merogoh kocek sekitar Rp 3 ribu, Anda dapat menyeberang ke Tomok di Samosir dalam waktu sekitar 40 menit. Bila ingin menikmati pemandangan, ambillah tempat di dek bagian atas feri. Ketika terlihat anak-anak berenang di sekitar kapal, lemparkanlah uang koin, maka mereka akan berenang berebutan mengambilnya. 

Bila tidak membawa kendaraan, Anda dapat langsung menyeberang dari Parapat menuju penginapan yang telah dipesan. Perjalanan dengan perahu motor ini lebih cepat daripada feri, dan langsung mengantar Anda ke tempat tujuan. Biayanya Rp 5 ribu per orang, tetapi mungkin lebih bila ternyata tidak banyak penumpang di dalam perahu tersebut.


Danau Toba dan penginapan yang ada di pinggir danau. Kredit foto: Olenka Priyadarsani.

Tomok dan Tuktuk


Tomok merupakan desa pelabuhan yang menjadi tempat transit kendaraan dari Pulau Sumatra. Tempat ini ramai dengan pasar tradisional dan warung-warung. Di Tomok terdapat objek wisata yaitu Makam Raja Sidabutar. Bila Anda berjalan sekitar 45 menit dari Tomok, Anda akan tiba di Tuktuk, pusat wisatawan di Pulau Samosir. Ada angkutan umum apabila Anda tidak ingin berjalan di bawah terik matahari.

Sebagai pusat pariwisata di Samosir, Tuktuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain akomodasi, restoran, toko-toko, penyewaan sepeda dan sepeda motor, toko suvenir, agen perjalanan, juga beberapa bar.

Beberapa penginapan yang dapat dipilih antara lain Hotel Carolina, salah satu yang terbesar serta paling terkenal di Samosir. Yang lainnya adalah Tabo Cottages, yang terkenal akan masakan vegetariannya serta roti dan kue buatan sendiri.

Makam-makam raja Batak Toba yang cukup terawat di Pulau Samosir. Kredit foto: Olenka Priyadarsani. 

Bila Anda menginginkan kenyamanan dan suasana tenang, mungkin Horas Family House merupakan pilihan yang tepat. Selain itu, ada pula Hotel Silintong, Thyesza, Toledo Inn dan dan Samosir Cottages. Untuk satu malam, dana yang Anda keluarkan tidak akan banyak. Anda hanya akan merogoh kocek sebanyak Rp 100-250 ribu, tergantung fasilitas akomodasi yang dipilih. 

Bila Anda memutuskan untuk menginap di Tuktuk, tentu Anda tidak akan menghabiskan waktu di tempat itu saja. Menyewa sepeda dan sepeda motor merupakan pilihan yang tepat untuk menyusuri keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir, serta tak ketinggalan budaya Batak Toba. Biaya sewa biasanya berkisar antara Rp 70-80 ribu.

Ambarita, Simanindo, dan  Pangururan


Dalam perjalanan mengelilingi Pulau Samosir, Anda dapat menikmati panorama bukit yang hijau, sawah yang membentang, serta pemandangan danau yang tenang. Semua ini mungkin jarang Anda dapatkan di kota besar tempat Anda tinggal.


Pemandangan sawah di Pulau Samosir. Kredit foto: Olenka Priyadarsani

Selain itu, aktivitas warga desa menjemur gabah dan mengangkut hasil bumi mereka akan menjadi pemandangan yang sangat menarik. 

Desa Ambarita bisa ditempuh dengan satu jam berjalan kaki dari Tuktuk, atau sekitar 20 menit dengan perahu. Desa ini menarik karena orang Batak Toba masa lampau masih menganut kanibalisme. Kini yang tersisa hanyalah jejeran kursi batu tempat para tetua mengadakan pertemuan untuk memutuskan nasib musuh yang tertangkap.

Di Simanindo, Anda memiliki kesempatan untuk melihat peninggalan rumah raja yang telah diubah menjadi museum dengan replika desa di sekelilingnya. Di salah satu sudut terdapat juga makam raja-raja Batak Toba yang cukup terawat. Dari tepi Danau Toba di Simanindo, Anda juga dapat melihat sebuah pulau kecil bernama Tao. Bila Anda bersepeda motor, Anda dapat menikmati keindahan Tao dan Danau Toba dari tepi dermaga.

Sementara itu, Pangururan dapat ditempuh selama sekitar 90 menit dengan sepeda motor dari Tuktuk atau Tomok. Objek wisata yang terkenal di Pangururan adalah Aek Rangat atau pemandian air panas yang bersumber dari Gunung Pusuk Buhit. Tempat ini sangat cocok untuk melepas lelah setelah seharian berkeliling Pulau Samosir dan menikmati keindahan Danau Toba.


Sumber