Tampilkan postingan dengan label Wisata Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Februari 2012

Tari Gambyong Surakarta – Sejarah Seni Tari dari Surakarta Jawa Tengah

Tari Gambyong Surakarta foto gambar 
Tari Gambyong adalah Seni tari yang berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Asal mula tari Gambyong ini berdasarkan nama seorang penari jalanan (dalam bahasa jawanya penari jalanan disebut tledek, kadang terdengar kledek). Nama seorang penari ini adalah Gambyong. Ia hidup pada zaman Sinuhun Paku BUwono ke IV di Surakarta Sekitar tahun 1788 – 1820. Gambyong ini dikenal sebagai seorang penari yang cantik dan bisa menampilkan tarian yang cukup indah. Gambyong pun terkenal di seluruh wilayah Surakarta kemudian terciptalah Tari Gambyong. Jadi tari gambyong ini diambil dari Nama seorang Penari Wanita.

Tarian Gambyong ini merupakan salah satu jenis tari pergaulan di masyarakat. Seperti Tari Jaipong dari Jawa Barat yang juga merupakan tari pergaulan. Ciri khas dari pertunjukan tari gambyong ini adalah selalu dibuka atau di awali dengan gendhing pangkur sebelum tarian di mulai. Tari gambyong akan terlihat indah dan elok jika sang penari dapat menyelaraskan antara gerakan dan irama musik gendang. Karena, gendang sendiri umumnya disebut sebagai otot tarian dan pemandu gendhing.

Pada zaman dulu kala, yaitu pada zaman Surakarta. Instrumen pengiring tarian Jalanan (tledek) Gambyong ini dilengkapi dengan bonang dan gong. Galeman yang digunakan umumnya meliputi gong, kempul, kenong, kendang, gender, dan penerus gender. Semua instrumen tersebut selalu dibawa kemana-mana dengan cara dipikul.
Tari Gambyong Surakarta foto gambar jawa tengah

Perlu diketahui bahwa ada salah satu instrumen yang tampak sederhana namun untuk memainkan bukanlah sesuatu yang mudah. yaitu Gendhang. Untuk memainkan gendang yang baik, penabuh gendang atau pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian, selain itu juga harus mampu berpadu dengan irama gending. Wajar sekali jika sering terjadi dimana seorang penari gambyong tidak dapat dipisahkan dari pengendang. Begitu pun sebaliknya, penabuh gendang yang telah memahami gerak-gerik si penari gambyong pun juga akan mudah memainkan gendang yang sesuai dengan penari gambyong.

Itulah penjelasan mengenai tari gambyong – seni tari dari Surakarta jawa tengah. Semoga Informasi dapat menambah pengetahuan, dan tentunya bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Sumber : http://uxdyna9-wisatabudaya.blogspot.com/

Selasa, 21 Februari 2012

Kuburan di Pulau Kelor

Sesuai dengan namanya, Pulau Kelor memang hanya selebar daun kelor. Luasnya tak lebih dari dua hektar. Daratan kecil tak berpenghuni ini hanya terdiri dari selarik pantai mini dan bangunan Benteng Martello.

Benteng Martello adalah benteng bulat dari bata yang dibuat dengan meniru benteng Mortella di Corsica (sebuah pulau di Laut Tengah). Dulu, Pulau Kelor adalah garda terdepan untuk mempertahankan Batavia dari serangan angkatan laut musuh yang menyerang dari samudera. Penjaga pulau akan memantau wilayah laut di depannya dan mengabarkan pada Batavia jika kapal musuh menampakkan diri di cakrawala.



Konstruksi Benteng Martello di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu. Foto: Famega Syavira

Masyarakat sekitar juga menyebut pulau ini sebagai Pulau Kuburan. Konon beberapa pemberontak memang dimakamkan di sekitar benteng. Salah satunya adalah pemberontak yang melawan Belanda dari atas kapal Zeven Provincien pada Februari 1933. Sayang, kini setengah bagian luar benteng tertutup semak-semak sehingga tak mudah dijelajahi.

Bangunan benteng yang asli sebenarnya jauh lebih luas daripada yang bisa disaksikan sekarang. Benteng yang tersisa hanya bagian dalamnya. Sebagian besar benteng runtuh dan terendam air karena abrasi yang mengikis pulau.

Ketiga pulau ini dapat dicapai dari Pelabuhan Kamal Muara, Muara Angke dan Marina, Ancol. Dua pelabuhan yang saya sebut pertama adalah pelabuhan rakyat yang becek dan kotor.

Lautnya? Jangan tanya lagi. Untuk menuju pulau-pulau itu, kapal harus melewati laut berbau busuk, berwarna hitam kental akibat polusi. Beberapa kali kapal harus berhenti di tengah laut karena sampah tersangkut ke baling-balingnya. Ketika saya ke sana, baling-baling terlilit semacam senar panjang yang sulit dilepaskan.

Setelah setengah jam perjalanan, warna hitam berangsur-angsur menghilang meski air tetap tak biru. Di Pulau Kelor yang berjarak 15 menit dari pesisir Jakarta, air laut masih tampak kotor sehingga tak disarankan untuk mandi-mandi di sini.

Laut biru di Teluk Jakarta setidaknya baru akan muncul di sekitar pulau Pramuka. Meski demikian, Kepulauan Seribu bisa menjadi pilihan alternatif perjalanan yang singkat dan menyenangkan bagi warga Jakarta.


Sumber

Keragaman Rumah Adat di Indonesia

Kebudayaan daerah di Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. salah satunya adalah rumah adat. Berikut ini adalah bentuk dan nama - nama rumah adat di Indonesia. Selamat menikmati.

1. Provinsi Nanggro Aceh Darussalam
Rumah Adat Tradisional : Krong Bade


Kumpulan ,Rumah, Adat, Indonesia


2. Provinsi Sumatera Utara
Rumah Adat Tradisional : Rumah Bolon
 

 


3. Provinsi Sumatera Barat
Rumah Adat Tradisional : Rumah Gadang
 

 


4. Provinsi Riau
Rumah Adat Tradisional : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar (Rumah Lancang)

 

   
5. Provinsi Riau Kepulauan
Rumah Adat Tradisional :
  Rumah Selaso Jatuh Kembar (Rumah Belah Bubung)




6. Provinsi Jambi
Rumah Adat Tradisional : Rumah Panjang


 
 


7. Provinsi Sumatera Selatan
Rumah Adat Tradisional : Rumah Limas
 

 


8. Provinsi Lampung
Rumah Adat Tradisional : Nuwo sesat


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu4HUG5EXCdxYbJjrCmAUXtwie71jt4J7urEGjTUgjBSZhKhkoOIHPx9Xbh-Nuk_1qRf_RldCka8feCe_21TcLIbuHXSH_uy1zv9J_9yEc6mR0im8QsolIB_Mr7bxlKND7N3YSQj8eipEt/s1600/rumah-adat-lampung.jpg


9. Provinsi Bengkulu
Rumah Adat Tradisional : Rumah Bubungan Lima (Rumah Rakyat)
 

 


10. Provinsi Bangka Belitung
Rumah Adat Tradisional :  Rumah Rakit


 http://chipmunkjumpink.files.wordpress.com/2009/05/rumah-limas-bangka-belitung.jpg


11. Provinsi DKI Jakarta
Rumah Adat Tradisional : Rumah Kebaya




















12. Provinsi Jawa Barat
Rumah Adat Tradisional : Kesepuhan 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZYArwDFEP0_M5dgXCtIo4YXo2FSDAKMD3f7bu-9bssgg_pLCQXVog2M-y1WojY6Jeqj2XZ7d0HrC7z5YLrxw20zyWzVTEvyZmmEHD-jZgcj14ihNkxBKJCnA3_fdz1bbWk4l1KlBRoqHU/s1600/rumah-adat-jawa-barat.jpg


13. Provinsi Banten
Rumah Adat Tradisional: Kasepuhan
 http://genasik.telkomsel.com/genasik/web/uploads/WL_var%20254.JPG


14. Provinsi Jawa Tengah 
Rumah Adat Tradisional : Rumah Joglo

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieJVUCXxpiQBaAux-gLuri2pDjM8du74xjqtZgrZdlt_otmkir8qWfMEWf4FilQmeJG5lMj951GIUxTbOTflZaMs-d8A6cWfdO3hsc9hiZY6MEI8xFia3tAsOKq5bwytFYYSgsBA83bnIZ/s1600/rumah-jawa.jpg
 


15. Provinsi DI Jogjakarta
Rumah Adat Tradisional : Rumah Bangsal Kencono
http://ksupointer.com/wp-content/uploads/2009/09/rumah-joglo.jpg


16. Provinsi Jawa Timur
Rumah Adat Tradisional : Rumah Joglo
http://www.liyono19.comli.com/image/jawa-timur.jpg














17. Provinsi Bali
Rumah Adat Tradisional : Gapura Candi Bentar

 

 


18. Provinsi Nusa Tenggara Barat 
Rumah Adat Tradisional : Dalam Loka Samawa

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKkyz4oSySXQExFLk7pOJma4uWKXTwkcJQhuoKqbnitLtzmL95wPa9xbcxI-i5RniCQkjDRK9kiv_HSp-nWe3NGyjube5CXNJe2NlwNcw7RXYSAgg9hC58IqPcupahwPr_M5rehH-V_eYM/s1600/rumah-adat-NTB.jpg
 


19. Provinsi Nusa Tenggara Timur 
Rumah Adat Tradisional : Sao Ata Mosa Lakitana (Musalaki)

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMAOa1tE4K_JFesfr7fNXmpPRflzeLZGAfaseRwJDrxY0oAGSW8aoo0hmCmlUFMWdjMJA4ERJRehZwS7H_UgBs2sTK-6pUbIlGE207kFjncbFpBLO-3EEMNei5QCtkGifOHJ1dOQYDy7or/s1600/rumah-adat-NTT.jpg
 


20. Provinsi Kalimantan Barat
Rumah Adat Tradisional : Rumah Panjang
 

 



21. Provinsi Kalimantan Tengah 
Rumah Adat Tradisional : Rumah Bentang
 

 


22. Provinsi Kalimantan Selatan
Rumah Adat Tradisional : Rumah Banjar Bubungan Tinggi
 

23. Provinsi Kalimantan Timur

Rumah Adat Tradisional : Rumah Lamin
 

 


24. Provinsi Sulawesi Utara 
Rumah Adat Tradisional : Rumah Pewaris

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja4tdn1S340JhCAx6Fn5MVaX9-zY2CqoTz0S7QAaY708OcVNKDS_k2OHeEDc_cvP2p0Kn96gprpA8O4Re5rKUSNG-IBZu2WFSsXwCgTmbLBjkOzh4aJgmBjJ0j2uIsGDZ6TgE1ml9ja1Za/s1600/rumah-adat-sulawesi-utara.jpg
 



25. Provinsi Gorontalo
Rumah Adat Tradisional : Rumah Dolohupa[Rumah+Adat+Gorontalo+(doloupa+).jpg]


26. Provinsi Sulawesi Tengah
Rumah Adat Tradisional : Souraja / Rumah Besar

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8d-IW___PTtLR-EUZDJlAACLMaSopwPczIu93X6Wy9-k_Sw3QYpFKgaXFgySD2pjyFthPHoUvtuuQxtkFb-LilOkpYOTV1a4y05RrtvsqyQXC2Iq3G66nMSjijoYwxNauehEjqBsVIzt9/s1600/rumah-adat-sulawesi-tengah.jpg
 


27. Provinsi Sulawesi Tenggara
Rumah Adat Tradisional : Laikas

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh34MUY7QbYlnAKSMPBqLDatslsiOaaJ2LpmsfHMg_Vkqx2zLBeUfswWrnbVvB9RBfjSuHx-smNB14GJ0OOXvh3ar5xZPeqv2_EFbm924gXdtp-SD2lTlVWrkGyhJUWL09h0P0kyhyphenhyphenAmXzx/s1600/rumah-adat-sulawesi-tengara.jpg
 


28. Provinsi Sulawesi Selatan
Rumah Adat Tradisional : Tongkonan




29. Provinsi Maluku
Rumah Adat Tradisional : Baileo


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLzF8AlYlLXxRvn_XNAmPYu2PVyCOO2mtdN_Q3tSC2tvN1rPcqaNa20mUlwyAlmmXxMHQnRAzvFd14FlJhGyRTG0htXaWP9ENza5CRZ16hsHMXBgSvh7iKucJpw5pvJC-L9GHG-i38NClN/s1600/rumah-adat-maluku-e1265745689456.jpg
 


30. Provinsi Maluku Utara
Rumah Adat Tradisional : Sasadu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTt73JJ2JAsVpU0FMjFtDr61rfSeC3VzoveXY1LGnq7jMFKDkntWFGauSv3v86aNxjeaVYROsX-gBdwY_qn6cFzQpTaUN1wTeaM8BNttT6a0dk_E45xoH8XblqalntSZh_755lr_NvCMM/s320/IMG_0249.JPG


31. Provinsi Papua
Rumah Adat Tradisional : Rumah Honai






32. Provinsi Papua Barat
Rumah Adat Tradisional : Rumah Honai



honaikorupun.jpg image by papatonk
Lihat inilah kekayaan budaya negara kita. Ini masih rumah adatnya, belum tari - tarian, pakaian adat dan makanan adatnya. Waah, Indonesia kita kaya ya. oleh karena itu kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia.
Sumber

Senin, 20 Februari 2012

6 Festival Khas di Indonesia

Indonesia sering disebut sebagai raksasa tidur Asia Tenggara, dan julukan itu memang tepat. Dengan lebih dari 18 ribu pulau, gugusan pulau ini memiliki keragaman luar biasa akan apa yang bisa Anda lihat atau lakukan saat berlibur ke sana.

Modernisasi membawa berbagai macam pembangunan (sebagian mengatakan pembangunan yang berlebihan) ke Jakarta, sementara pariwisata Bali kembali hidup setelah sempat hancur ketika ledakan bom 2002 lalu. Ada juga pegunungan seperti Bromo dan Borobudur yang mistis bagi pencari berbagai jenis atraksi, selain juga 6.000 pulau berpenghuni.

Tidak mengherankan bila Indonesia menawarkan berbagai macam festival yang sangat khas menonjolkan budaya mereka, mencerminkan keragaman etnis dan tradisi dari berbagai bagian nusantara. Anda akan menemukan keragaman itu dalam enam festival khas Indonesia ini, mulai dari perayaan seni, batik, tarian dan upacara. Jika mungkin, Anda bisa menyaksikan salah satu festival ketika berkunjung ke Indonesia!




Festival Krakatau

Festival Krakatau adalah festival tahunan yang diselenggarakan di Lampung, diadakan untuk merayakan pulau vulkanik bernama sama, Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada 1927, letusan itu kemudian menghasilkan pulau-pulau kecil baru, yang diberi nama Anak Krakatau.

Selama festival, pengunjung dapat menikmati berbagai macam pertunjukkan seperti Karnaval Tuping (Karnaval Topeng Lampung), atraksi gajah serta berbagai macam tarian dari Lampund dan kota sekitarnya. Akhir dari rangkaian acara ini adalah kunjungan ke pulau vulkanik itu, masih aktif tetapi sedang tidur lelap. Untuk sementara!

 


Festival Kesenian Bali

Salah satu perayaan seni budaya tahunan terbesar di Indonesia, Festival Seni Bali selalu penuh sesak. Selama sebulan penuh, berbagai pertunjukan seni, pameran, dan aktivitas budaya lainnya akan berlangsung di seluruh Bali, menawarkan tarian, musik dan keindahan budaya mereka.

Perayaan terkenal itu menampilkan pertunjukan seperti tarian tradisional yang sudah hampir terlupakan, jejak dari daerah terpencil di Bali, makanan, kerajinan tangan, serta kreasi baru dari sekolah-sekolah tari di Denpasar dan koreografi kontemporer dari seniman nasional dan internasional.




Karnaval Batik Solo

Sejak zaman dahulu, tradisi batik selalu memiliki akar yang sangat kuat di Solo. Kotadi  Jawa Tengah itu bahkan telah menjadikan batik sebagai ikon dan identitas, sebuah gambaran tepat dari kota yang terkenal karena keindahan kerajaannya dan kehalusan 
perilaku. Karnaval Batik Solo diadakan untuk memperkuat tradisi itu, dan untuk mempromosikan batik pada skala nasional dan internasional.

Acara ini adalah kombinasi upacara, pagelaran busana dan karnaval, semuanya menggunakan batik sebagai tema. Akan ada juga bazar yang menawarkan berbagai macam batik dan suvenir unik Solo.




Festival Musik Etnik Internasional Solo

Salah satu festival terbaru dari Solo adalah Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival, yang berfokus pada pertunjukan dan perayaan musik etnis. Ajang ini adalah suatu platform unik bagi kolaborasi antara musik modern dan etnis, seniman lokal dan 
internasional.

Daftar panjang para penampil termasuk seniman Minangkabau, Riau, Yogyakarta, Surabaya, Papua, Kalimantan, dan bahkan seniman asing dari Jepang, Australia, India, Selandia Baru dan banyak lainnya.


Gerebeg Mulud

Dalam bahasa Jawa, gerebeg berarti kerumunan orang dan mulud adalah salah satu nama bulan di kalender Jawa. Perayaan itu, juga dikenal dengan nama Sekaten, untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Prosesi itu berlangsung seharian dan 'menampilkan' dua pertunjukan gamelan yang diarak menuju Mesjid Agung.

Pada malam hari akan ada pasar di sebelah utara kota untuk menambah kemeriahan kota, tempat yang tepat untuk mencoba berbagai makanan Jawa dan Yogyakarta serta untuk berburu suvenir. 




Festival Lembah Baliem

Festival khas Papua ini berakar kepada kepercayaan suku-suku lokal bahwa perang bukan hanya konflik keuasaan dan kepentingan, tetapi juga simbol kesuburan dan kemakmuran. Sejak 20 tahun lalu, pemerintah daerah telah menekankan pentingnya perdamaian antara suku-suku yang berperang untuk mencegah balas dendam berkepanjangan dan hilangnya nyawa. Jadi, Festival Lembah Baliem adalah suatu acara yang diadakan untuk menggantikan perang antar suku itu.

Seperti yang bisa Anda tebak, acara utama adalah perang-perangan antar suku. Bayangkan lebih dari 20 suku berbeda dengan masing-masing 30 hingga 50 orang mengenakan pakaian tradisional, membawa tombak, busur, panah dan parang! Ada juga pertunjukan dan sejumlah atraksi lain, seperti permainan tradisional setempat, tarian, serta masakan lokal. 


Sumber : http://id.travel.yahoo.com/jalan-jalan/36-6-festival-khas-di-indonesia

Jumat, 17 Februari 2012

Kampung Penjaga Adat


Bau harum menyergap saya saat menjejakkan kaki di pulau Sumba untuk pertama kalinya. Bandar udara Tambolaka berbau seperti bunga yang berbaur daun dan hutan. Inilah Sumba, dimana padang sabana berpagar pantai dan langit biru. Sumba, negeri para rato, dimana darah tertumpah untuk mengantarkan arwah.

Kota pertama yang saya tuju bernama Waikabubak, ibukota kabupaten Sumba Barat. Kota ini berjarak satu jam perjalanan dari bandara Tambolaka. Waikabubak banyak disarankan oleh para penggemar perjalanan sebagai pos untuk menjelajahi wilayah Sumba Barat dan sekitarnya.



Setelah meletakkan tas di hotel, saya bersiap keliling kota berbekal selembar peta. Tujuan pertama adalah mencari warung makan, yang baru saya temukan setelah berjalan agak jauh dari penginapan. Belakangan saya tahu bahwa warung makan adalah barang langka di Sumba. Mereka hanya ada di beberapa di kota, sisanya ada di terminal atau persinggahan tepi jalan utama.

Tak jauh dari Jalan Bhayangkara yang merupakan jalan utama, terdapat tiga kampung adat yakni kampung Tarung, kampung Waitabar dan kampung Prai Klembung. Meski berada di tengah kota warga ketiga kampung ini masih memegang teguh kepercayaan adat. Mendaki sedikit, saya menemukan kumpulan rumah kayu beratap alang-alang dengan kubur batu di sekelilingnya.

Rumah adat ini punya tiga bagian. Bagian paling bawah adalah tempat tinggal hewan peliharaan seperti kerbau, babi, kambing dan ayam. Di atasnya ada bagian tempat tinggal keluarga. Penduduk desa bercerita bahwa dulu, satu rumah bisa menampung 60 orang yang tidur mengelilingi perapian.

Pada bagian tengah rumah adat terdapat perapian yang selalu menyala. Di atas perapian tergantung kotak penyimpan makanan yang sudah dimasak, agar tak dimakan binatang yang bebas berkeliaran di dalam rumah. Api juga menjaga makanan tetap hangat dan awet.

Bagian ketiga rumah adalah atap. Atap rumah adat Sumba menjulang tinggi, bisa sampai 8 meter. Di dalam atap terdapat ruangan yang dipakai untuk menyimpan cadangan makanan. Peralatan upacara juga biasanya disimpan di sini.

Penghuni kampung sangat ramah mengajak saya mengobrol. Mereka heran ketika saya menjelaskan bahwa saya datang sendirian dari Jakarta, lalu menyapa saya dengan sebutan "adik nona". Warga kampung bercerita tentang marapu, agama adat Sumba. Marapu adalah kepercayaan terhadap dunia roh yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia yang masih hidup. Meski memuja arwah leluhur, bukan berarti penganut Marapu tak punya Tuhan. Penganut Marapu beriman pada sang maha pencipta yang mendengar dan melihat segala yang dilakukan manusia.
Pemujaan terhadap arwah menyebabkan upacara pemakaman menjadi hal yang penting bagi penganut marapu. Mereka percaya bahwa orang yang meninggal harus diantar menuju alam arwah dengan upacara yang cukup. Jika tidak, rohnya akan melayang-layang sehingga dapat membahayakan kerabatnya maupun orang lain.

Upacara kematian melibatkan pengorbanan hewan dalam jumlah besar. Puluhan kerbau, kuda dan babi harus disembelih untuk melengkapi upacara. Jenazah kemudian diletakkan dalam lubang kubur atau dalam kubur batu. Meski kini warga sudah banyak yang menganut agama Kristen, upacara ini tetap dilakukan. Sebagian jenazah juga tetap dimakamkan dengan kubur batu yang berlambang salib.

Di dalam kampung, seperti juga di kota, saya banyak melihat warga yang menyandang parang. Rupanya penduduk asli Sumba terbiasa menyarungkan parang tajam ke pinggang, kemanapun mereka pergi. Seorang bapak yang saya temui dengan bangga menceritakan kisah  tentang parangnya. Dia mengaku pernah menggunakan parang itu untuk membunuh orang. "Tapi itu dulu. Sekarang membawa parang menjadi salah satu cara saya untuk menjaga adat," kata bapak itu.

Darah dan perang bukan hal asing bagi penduduk asli Sumba. Konon pada zaman dahulu, penduduk desa punya kebiasaan  memenggal kepala serta menguliti lawan yang kalah dalam perang antar suku. Desa ini punya tambur yang berlapis kulit manusia. Sayang saya tak boleh melihatnya karena tambur kecil ini hanya keluar saat upacara adat. Hingga kini perang antar suku masih terjadi karena berbagai alasan, antara lain perebutan batas tanah.
Suasana kampung ramai dengan ibu-ibu yang menenun kain di teras rumah. Tenunan ini dibuat dengan alat sederhana dan dihiasi lambang-lambang tradisional merapu. Selembar kain butuh waktu tenun satu hingga dua minggu dan akan dijual mulai harga Rp 50 ribu. Penduduk desa nampak sudah terbiasa dengan kedatangan turis, yang akan diminta mengisi buku tamu dan memberikan donasi. Anak-anak akan menyapa riang, dengan harapan mendapat sepotong gula-gula.

Museum di Kota Tua Jakarta

Bosan dengan kegiatan akhir pekan yang hanya diisi dengan kunjungan ke mal? Saatnya mencoba berwisata ke museum-museum di kawasan Kota Tua Jakarta. Kunjungan ke museum di Kota Tua Jakarta adalah alternatif kegiatan liburan yang murah sekaligus mendidik. Asyiknya lagi, beberapa diantaranya bisa dikunjungi tanpa membayar tiket alias gratis!

Ingin tahu museum apa saja yang ada di Kota Tua Jakarta?

Museum Wayang




Sebuah majalah wisata terkenal di tanah air menobatkan Museum Wayang Jakarta sebagai salah satu museum terbaik di Indonesia. Agaknya itu tidak berlebihan karena museum ini memang sangat menarik. Selain menampilkan koleksi wayang kulit dan wayang golek yang sudah kita kenal, museum ini juga memamerkan wayang-wayang kontemporer serta wayang dari luar negeri.

Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, wayang sempat digunakan sebagai alat propaganda politik. Tak heran kalau ada wayang berbentuk figur Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Selain itu, wayang juga pernah dijadikan alat penyebaran agama. Seorang pastor dari Surakarta pernah menggunakan wayang untuk menceritakan kisah-kisah dalam kitab Injil. Menariknya lagi, ia juga membuat gunungan wayang yang bergambar figur Yesus Kristus. Jangan lupa pula untuk melihat wayang boneka Si Unyil yang populer pada tahun 1980-an.

Setiap hari Minggu pada minggu kedua, minggu ketiga dan minggu terakhir setiap bulan, Museum Wayang menggelar pementasan wayang dengan dalang-dalang terkenal. Tontonan langka ini patut masuk dalam agenda kegiatan akhir pekan Anda!

Museum WayangJl. Pintu Besar Utara 27, Jakarta Barat
Telp.: 021 6927289
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)

Museum Bahari






Museum Bahari letaknya agak jauh dari museum lainnya di Kota Tua Jakarta. Jaraknya sekitar 1 km di sebelah utara stasiun kereta Jakarta Kota, tidak jauh dari Pasar Ikan. Kalau Anda kesulitan menemukan lokasinya, silakan tanya pada warga sekitar dengan berpatokan pada Pasar Ikan.

Kompleks Museum Bahari terdiri dari dua bangunan utama yang masing-masing memiliki dua lantai. Bangunan museum ini cukup bersih dan terawat, meski barang-barang koleksinya terlihat agak kusam. 

Di lantai dasar, dipamerkan aneka replika kapal serta rangkuman sejarah maritim di Kepulauan Nusantara. Lantai satu memamerkan bagian-bagian kapal serta peralatan navigasi kuno. Sempatkan pula untuk melihat Menara Syahbandar yang pernah menjadi titik kilometer nol kota Jakarta. Jika Anda naik ke lantai paling atas menara ini, Anda bisa menyaksikan pemandangan pelabuhan Sunda Kelapa.

Museum BahariJl. Pasar Ikan 1, Jakarta Utara
Telp.: 021 6693406
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)

Museum Fatahilah




Warga kota Jakarta pasti sudah familiar dengan bangunan gedung Museum Sejarah Jakarta atau lebih populer disebut Museum Fatahilah. Gambar gedung museum ini sering menghiasi kartu pos, poster-poster serta halaman majalah. Meskipun sangat terkenal, belum semua warga Jakarta tertarik mengunjunginya. Padahal, museum ini adalah objek wisata yang wajib dikunjungi di kawasan Kota Tua.

Bangunan Museum Fatahilah selesai dibangun pada 1710 dan pernah menjadi kantor gubernur Hindia Belanda. Kompleks bangunan ini cukup luas, terdiri dari bangunan utama yang mempunyai tiga lantai serta dua bangunan sayap di bagian kiri dan kanan. 

Kompleks ini juga memiliki ruang bawah tanah yang pernah digunakan sebagai penjara. Sampai sekarang ruangan penjara bawah tanah ini masih bisa dilihat, lengkap dengan rantai untuk mengikat kaki narapidana serta terali.

Museum Fatahilah menyimpan lebih dari 23 ribu barang koleksi yang terdiri dari koin kuno, keramik, mebel tua, lukisan, prasasti, serta artefak-artefak bersejarah lainnya. Koleksi museum ini yang paling menarik antara lain pedang eksekusi, meriam si Jagur yang berasal dari Makau, serta patung Hermes yang dulunya menghiasi jembatan di depan gedung Harmoni.

Museum Fatahilah (Museum Sejarah Jakarta)Jl. Taman Fatahilah 2, Jakarta Barat
Telp.: 021 6929101
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-15.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), Rp500 (pelajar)

Museum Bank Mandiri




Barangkali Anda sudah sering lalu-lalang di depan Museum Bank Mandiri karena lokasinya sangat strategis: tepat berada di depan stasiun kereta api Jakarta Kota. Museum ini juga masuk daftar tempat-tempat yang harus dilihat di Kota Tua. 

Koleksi yang ditampilkan Museum Bank Mandiri merupakan rekaman sejarah perkembangan dunia perbankan Indonesia. Barang-barang yang dipamerkan antara lain mesin hitung kuno, komputer dan printer yang berusia beberapa dekade, bahkan dipamerkan pula mesin ATM dari berbagai masa. 



Museum Bank mandiri sangat menarik karena banyak menampilkan diorama yang mengantar imajinasi kita ke suasana kantor bank di masa lalu. Bagian yang paling menarik di museum ini adalah ruangan brangkas untuk menyimpan benda-benda berharga yang terletak di bawah tanah. Dulu, hanya nasabah kaya saja yang bisa masuk ke ruangan itu. 

Museum Bank MandiriJl. Lapangan Stasiun 1, Jakarta barat
Telp.: 021 690200
Jam buka: Selasa-Minggu, 09.00-16.00 WIB
Tiket masuk: Rp2000 (umum), gratis untuk pelajar dan nasabah Bank Mandiri (tunjukkan kartu ATM Bank Mandiri)

Museum Bank Indonesia




Di antara museum-museum yang ada di kawasan Kota Tua, Museum Bank Indonesia boleh disebut sebagai museum yang paling modern. Ruangannya dilengkapi AC dengan barang-barang koleksi yang ditata apik seperti karya seni instalasi. Untuk menambah kesan modern itu, ruang pamer dilengkapi pula dengan monitor layar sentuh, video, proyektor serta perlengkapan audio yang menambah hidup suasana. Sangat menarik!

Museum ini merangkum sejarah Bank Indonesia sejak zaman Hindia Belanda hingga krisis moneter yang terjadi pada akhir 1990-an. Bagian yang paling menarik di museum ini adalah ruang nuministik yang memamerkan uang kertas serta koin dari berbagai zaman. Pengunjung juga bisa memasuki ruang penyimpanan deposit emas yang kini hanya diisi emas batangan tiruan. Lihat pula kaca patri cantik di tangga utama yang bergambar Hermes, dewa Yunani yang melambangkan kemakmuran.


Museum Bank IndonesiaJl. Lapangan Stasiun 3, Jakarta barat
Telp.: 021 2600158
Jam buka: Selasa-Kamis, 08.30-14.30 WIB, Jumat, 08.30-11.00 WIB, Sabtu-Minggu, 09.00-16.00 WIB
Tiket masuk: gratis

Selain museum-museum yang telah dibahas di atas, Kota Tua Jakarta juga memiliki Museum Seni Rupa dan Keramik yang lokasinya tidak jauh dari Museum Fatahilah. Namun museum ini tutup sampai Februari 2012 karena proyek pemugaran.